Selasa, 25 Agustus 2009

UJARAN BAHASA PENDERITA STROKE YANG MENGALAMI AFASIA BROCA

Manusia dan bahasa tidak dapat dipisahkan. Keduanya mempunyai hubungan yang erat dan saling mempengaruhi. Bahasa tersusun dari kata-kata yang masing-masing merupakan simbol dari suatu benda atau gagasan yang terekam oleh kesadaran manusia. Bahasa merupakan alat yang sistematis untuk menyampaikan gagasan atau perasaan dengan memakai tanda-tanda yang disepakati yang mengandung makna untuk dapat dipahami.
Kemampuan berbahasa sangat memperbesar kemampuan kualitatif otak manusia yang terdiri atas beberapa unsur anatomis yang berbeda. Kemampuan kualitatif tersebut adalah kemampuan untuk mengungkapkan gejala secara menyeluruh mengenai otak. Gejala-gejala tersebut ditandai dengan adanya serebrum, yang dibagi dalam dua bagian besar, yaitu hemisfer kiri dan hemisfer kanan. Menurut penelitian, hemisfer secara terpisah menunjukkan bahwa hemisfer kiri bertanggung jawab untuk pengelolaan terhadap bahasa dan bicara, sedangkan hemisfer kanan mengendalikan keterampilan yang berkaitan dengan proses visualisasi dan spasial.
Dominasi hemisfer kiri untuk berbahasa tersebut sudah dibuktikan secara klinis oleh neurologi. Broca (ilmuwan Prancis) menemukan suatu area pada lobus frontalis kiri yang jika rusak akan menimbulkan kesulitan berkata-kata, tetapi penderita dapat mengerti pembicaraan. Salah satu penyebab gangguan berbahasa adalah stroke. Stroke merupakan penyakit syaraf yang menyerang fungsi otak akibat adanya kelainan pembuluh darah otak yang berlangsung lebih dari 24 jam, menimbulkan kerusakan pada salah satu hemisfer, maka secara teoretis, kemungkinan terjadi afasia adalah 25% dari insiden atau terjadinya stroke.
Peningkatan terjadinya penyakit-penyakit neurologis, salah satunya stroke tersebut dapat diantisipasi dengan kecanggihan ilmu dan teknologi kedokteran. Secara bertahap, penderita dapat dibimbing untuk melakukan fisioterapi secara aktif dengan memperhatikan prinsip-prinsip terapi gangguan berbahasa atau afasia.
Afasia Broca merupakan salah satu penyakit yang menjangkit penderita stroke karena peredaran darah di otak pecah. Penderita stroke yang mengalami afasia Broca secara otomatis mengalami gangguan dalam memahami suatu bahasa atau kemampuan berbahasanya mendadak hilang. Hilangnya kemampuan berbahasa tersebut, diperparah lagi dengan hilangnya kemampuan dalam mengujarkan atau menirukan ujaran bunyi-bunyi vokal.

a. Definisi Afasia
Kemampuan berbahasa seseorang tergantung pada kematangan otaknya. Otak manusia terbagi menjadi dua bagian, yaitu hemisfer kiri dan hemisfer kanan. Masing-masing hemisfer tersebut dapat mengalami gangguan berbahasa, karena tersumbatnya peredaran darah di otak.
Afasia ialah penyakit bertutur yang berupa terganggunya kemampuan linguistik dalam komunikasi verbal karena tidak beresnya atau terganggunya hemisfer kiri. Seseorang yang menderita afasia dapat diartikan bahwa hilangnya kemampuan untuk membentuk kata-kata, sehingga konservasi tidak dapat berlangsung dengan baik, oleh karena itu dia tidak mampu mengatakan dalam kata-kata apa yang ia ingini atau yang ia maksud.

b. Sebab-sebab Afasia
Afasia terjadi karena tersumbatnya peredaran darah di otak bagian kiri yang mengurusi soal bahasa. Menurut beberapa ahli, otak merupakan pusat dari berbagai fungsi dan sistem yang terdapat dalam tubuh manusia, diantaranya adalah fungsi bahasa dan bicara. Adanya gangguan atau kelainan yang terjadi pada otak akan menimbulkan kelainan pada fungsi atau sistem tertentu. Salah satu penyebab gangguan berbahasa atau afasia adalah stroke. Stroke terjadi ketika darah tidak dapat mencapai bagian dari otak. Penyebab tersebut bergantung pada lokalisasi kerusakan atau lesi tersebar maupun lokal.

c. Afasia Broca
Afasia Broca lazim disebut afasia ekspresif. Secara demikian kerusakan yang menyebabkan afasia Broca terletak di lapisan permukaan daerah Broca (lesi kortikal). Pada afasia ini, letak lesi adalah di daerah perisylvian kiri, di bagian posterior dari frontal convulition ketiga dekat dengan insula. Afasia ini memiliki karakter-karakter sendiri bila dibandingkan dengan afasia sensorik. Karakter tersebut ditandai dengan cara berbicara yang sulit, sehingga kata-kata yang dikeluarkan sedikit. Penderita tidak dapat mengatur sistem vokal untuk menghasilkan kata-kata.
Penderita stroke yang mengalami afasia Broca secara otomatis mengalami gangguan dalam memahami suatu bahasa atau kemampuan bahasanya mendadak hilang. Hilangnya kemampuan dalam mengujarkan atau menirukan ujaran-ujaran bunyi vokal. Gejala utama pada penderita afasia Broca adalah kesulitan dalam bertutur yang dapat terjadi dalam berbagai derajat keparahan. Gejala-gejala lain yang menyertai afasia Broca adalah kelumpuhan anggota gerak tubuh bagian kanan, gangguan indera, perubahan tingkah laku, perubahan emosi, dan perubahan kepribadian (perubahan pada psikologisnya).
Kemampuan dan ketidakmampuan penderita dalam mengujarkan bunyi vokal didasarkan pada kerusakan yang terjadi pada otak. Pada afasia Broca, kerusakan otak disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah yang dapat menghasilakan perdarahan dalam otak.
Ujaran yang diucapkan oleh penderita sangat terbatas, hanya beberapa bunyi vokal seperti /a/, /i/, dan /u/. Penderita afasia Broca sulit dalam mengujarkan beberapa bunyi vokal meskipun sebenarnya ia mengerti apa yang dimaksudkan oleh orang lain. Hal ini terbukti ketika ia diminta keterangan ia selalu mengangguk dan menggeleng.
Kemampuan penderita stroke dalam mengujarkan bunyi konsonan mengalami perkembangan yang tidak begitu besar dibanding dengan kemampuannya dalam mengujarkan bunyi vokal. Kemampuan mengujarkan bunyi konsonan sangat terbatas. Penderita hanya mampu mengujarkan beberapa konsonan dari keseluruh konsonan yang ada. Ketidakmampuan dalam mengujarkan beberapa konsonan tersebut mengakibatkan penyimpangan fonologis terhadap bunyi konsonan yang diujarkannya. Penderita mengalami kesulitan yang luar biasa. Kesulitan tersebut dipengaruhi oleh kerja otak yang tidak bisa mengorganisir pesan yang disampaikan ke otak bagian kiri (pemahaman bahasa) untuk dijadikan ujaran.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

mantapz nih salam sayang dari mbah gendeng

mbah juga punya nih afasia

Unknown mengatakan...

terima kasih, sangat membantu infonya

Posting Komentar